
Entah angin yang menerbangkan kita atau bukan, manusia selalu merasa cepat puas dengan hasil yang didapat dari usaha yang dijalani. Semua manusia memiliki keinginan baik tertuang dalam cita-cita maupun angan sesaat. Jalan tanpa ujung dimulai. Awalnya tenang, lama kelamaan kerikil-kerikil hambatan muncul perlahan menyesatkan perjalanan kita. Apakah ada cara untuk menghindar dari kerikil ini ? pilihan itu selalu ada. Pertama adalah berhenti di tempat kita berdiri tanpa melewati kerikil hambatan itu. Kedua adalah memilih untuk tetap jalan menuju cahaya terang yang akan mencerahkan hati , pikiran, dan langkahmu. Namun jangan merasa kepuasaan itu nikmat setelah melihat cahaya itu. Bagaikan kita berdiri di Padang rumput yang penuh nafsu untuk menjajakinya. Cobalah untuk berdiri di dasar dunia yang kelam. Biarkan kelamnya dunia mengajarkan arti dari dunia ini. Jangan terpaku akan kepuasaan yang berdasar. Carilah hal berdasar lainnya. Puaskan hatimu dan ragamu dengan hal-hal lain yang baru bagimu tapi memberikan sejuta kepuasan. Hidup ini hanya sekali. Keabadian manusia ada setelah kita dijemput dan dipanggil oleh Yang Maha Kuasa.
Tahukah mengapa kita selalu mengeluh dalam setiap aktifitas yang tidak kita sukai ? Pribadi saya menjawab, karena kita tidak melihat keindahan dari aktifitas itu. Contohnya: kita malas ke kampus karena dosennya kebetulan tegas. Tapi sepanjang perjalanan banyak hal yang membuat kita tersenyum. Keindahan pemandangan jalan, melihat anak-anak tersenyum saat berangkat ke sekolah, atau jalanan di UNHAS. penuh pohon-pohon tinggi yang senang tiasa melindungi kita dari panasnya matahari. Tanpa disadari itu semua adalah saksi semua luapan perasaan yang kita rasakan. Maka dari itu tulisan ini mengajarkan saya untuk tidak melihat kepuasaan dari satu sisi. Lihatlah keseluruh penjuru. Layaknya judul tilisan ini, kita berdiri di tumpuan pasir dunia dengan hamparan cakrawala yang tiada batas . . . .
0 komentar:
Posting Komentar