
aku datang tanpa paksaan ke dunia ini. dan akupun akan pergi tanpa paksaan juga.
mari kita mulai misi ini ...
ikuti jalan orang ghilyak yang tanpa arah itu..
dimulai dengan aku berada di pintunya
pagar yang menjulang tinggi... kokoh dan suara-suara angin yang mencekik menjadikanku basah ...
ah... mari kita lewati ini
berjalan terus hingga cahaya terang menjadikanku bimbang
"apakah benar harus kulewati ini ? harus harus dan harys ... !"
menggenggam cahaya yang muncul ...
aku terbelalak ... rembulan menjadi dua ... inikah dunia baru itu sayang ?
seakan-akan bayangannya berubah menjadi rangkaian asa yang tak kunjung pudar ...
pudar bukan berarti hilang namun memunculkan "pudar yang terang" di dalam benakmu saja
kini mulailah aku mencoba membangun suatu kepompong udara
sendirian membuatnya akan memakan waktu "selamanya". akhirnya sosok itu muncul ...
"Orang Kecil"
membuka jalan bagiku untuk membuatnya sayang
"raihlah udara, dan itu akan muncul" kata sang penyirak. bagian dari "orang kecil" yang menjadi inti kawanan
semuanya meraih udara tak terkecuali aku ...
dengan semangat aku meraih udara hingga malam memancarkan ubunnya. aku terkesima dan ...
selesai ...
kepompong udara dengan diameter 170 - 180 cm muncul di depan mataku.
ada lubang kecil yang memancarkan sinar
itulah "Dohtaku",
"aku harus membangunkannya"
dohta bangun dan menatapku
"kembalilah sekarang dan kau akan segera bertemu dengannya"
hanya sepintas dia yang mengaku sebagai dohta menyuruhku untuk bertemu dengannya.
"siapakah gerangan sosok yang harus kutemui ?"
dengan arus wajah yang tenang saja
"orang yang telah membuatku stagnan"
arus laut yang mengeluarkan suara yang tenang kan aku yang tidak bisa menghentikan resah ini, memberikan jawabannya. solusinya hanya satu . dohta yang akan menjalani dunia baru ini. maza tetaplah diam di dunia lama ini. jadilah manusia dengan sifat "kebonekaannya". diam dan lihat. ini sudah diatur olehnya, si Dohta.
"andai kamu memang merenggut hidupku di dunia baru ini, apakah akau bisa tahu dia masih bernafas ?"
dohta menatapku dan menjawab
"iya, kamu akan tahu dia masih bernafas. tapi harganya sangat mahal"
warna wajahku berubah
"harga apa yang kamu pasang demi mengetahui alur nafasnya di dunia ini ?"
setangkai daun yang kusut akan warna angin. menyamakan dirinya yang tak kunjung menemukan pasangannya. dan jemari daun menemukan ujungnya dan tangkai daun ini akhirnya tahu. persamaan yang dia maksud ternyata tidak sama. dunia masing-masing .
"sanggupkah kau tak bisa berjalan di depan altar yang sama untuk selamanya ?" dohta dengan warna wajah yang sama
"harga sebuah pertemuan kenapa begitu memilukan ?".
"karena di dunia baru ini jalan kalian telah diatur terpisah dan hingga tetesan air terakhir yang akan mengairi bumi ini, kalian akan tetap terpisah".
"jika ini adalah harga untuk nafasnya yang ingin kudengar, jika ini adalah harga untuk senyumnya yang amat manis, jika ini adalah harga untuk 20 tahun jalan stagnan kami, aku akan dengan begitu pasrah menerima persyaratanmu, wahai dohta ku".
jika di dunia tanpa ujung nanti kami akan bertemu, apakah kami akan mengingat bahwa dulu kami pernah mengalami kejadian hebat di dalam ruangan kelas kelas 4 SD ?
keterkosongan yang membuatku ingin bertemu dan 20 tahun takdir yang tak kunjung membuatku mengerti. semoga ini adalah alur cahaya ...
"ini adalah transaksi kita, mazaku yang rapuh. bersiaplah!". dohta dengan tangan hangatnya menyentuh pipi ini
dan dunia "Q" yang aku bilang adalah dunia baru telah berjalan begitu lama. ekspekstasiku pada dunia ini ternyata sungguh berbeda.
"kalian telah bertemu tapi waktu kalian tidak sama lagi".
dunia ini begitu aneh dengan aturannya ...
KK
Makassar, 9 November 2013
menemani ku adalah lagu Surga Cinta oleh Ada Band
0 komentar:
Posting Komentar