Awalnya berat untuk
bisa bertebal muka
Namun sejatinya
manusia tidak akan stagnan begitu saja
Itulah dirimu saudari
Siang yang terik tak menghancurkan bentuk tekat ini. Berjalan
terus dan terus dan terus. Mencoba ini dan itu. Aku berikhlas diri. Alunan sendu
berjalan beriringan menyapa tiap bentuk ketekatanku. Duduk di depan kaca yang
tak memiliki bentuk akal. Tapi sejatinya hanya benda tak berakal, aku melihat
bentuk jiwa yang ingin berubah. Menjadikan segelintir bentuk kelemahan ini
untuk menjadi lebih berseni.
“Bismillahirrahmanirrahim, buatlah aku ikhlas, buatlah aku
menyadari bahwa manusia ini ingin menjadi lemah di hadapan-MU, tetapi batiniah
ini lebih kuat di hadapan-MU”
Jauhkan bentuk sosok yang tak mengerti itu. Aku ingin
menjalaninya. Jalan setapak dengan bunga yang subur, manusia itu yang senyumnya
menyapa ketekatan ini, dan kaki ini dengan kepercayaan dirinya menyapa mu.
“Saya adalah saya yang baru. Anda tidak suka ?” kataku pada kalian
Makassar, 11 Mei 2014
“Marilah beristiqomah lagi , lagi , dan lagi. Saya tahu bahkan semua
yang melihatnya tahu betapa perubahan itu sulit. Maaf jika kelancangan ini
membuatmu gusar. Saya disini sebagai manusia yang setara, melantunkan bentuk
dukungan. Saya juga sulit mengalami perubahan. Dan perubahan tak akan
menjadikan sempurna hidup manusia, namun menjadikan manusia lebih bersyukur
lagi. Terima kasih telah berubah untuk dirimu”.
0 komentar:
Posting Komentar