Resensi
1.
Identitas Buku
a.
Judul Buku:
Kuantar ke Gerbang, kisah cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno
b.
Pengarang: Ramadhan K. H.
d.
ISBN: 9786028811330
e.
Tahun terbit: 2011
f.
Kota terbit: Bandung
g.
Jumlah halaman: 432
h.
Jenis cover: Soft Cover
i.
Dimensi: 130 x 205 x 0 mm
j.
Warna sampul: Hitam dan Orange
k.
Gambar sampul: Ibu Inggit dan Bung Karno
l.
Kategori: Romance
m.
Text Bahasa: Indonesia
2. Isi Buku
·
Unsur Intrinsik:
a.
Tema: perjuangan seorang istri pejuang dalam menghadapi cobaan
hidupnya
b.
Tokoh
1.
Inggit Ganarsih
2.
Ir. Soekarno
3.
Fatmawati
c.
Penokohan:
1.
Inggit Ganarsih: baik, penyayang, pengertian, dan seorang perempuan
yang selalu setia terhadap suaminya, merupakan istri pertama Ir. Soekarno
2.
Ir. Soekarno: tokoh dengan jiwa patriot, pemberani, patut
dibanggakan perjuangannya
3.
Fatmawati: pengertian, terampil, penyayang, anak angkat Ir. Soekarno
dengan Inggit Ganarsih dan juga istri
kedua Ir. Soekarno
d.
Alur: Mundur-Maju
e.
Latar:
1.
Tempat: Bandung
2.
Suasana: Bahagia, Penuh Perjuangan, Sedih.
3.
Waktu: 1920 – 1943
f.
Sudut Pandang: Orang Pertama
g.
Amanat: Seburuk apapun orang yang menjadi pasangan hidup kita, jika
mencintainya dengan tulus cinta itu akan terus ada dan abadi.
·
Unsur Ekstrinsik:
a.
Riwayat Pengarang:
b. Nilai yang terkandung:
Ø Nilai sosial: sebagai sesama manusia, sudah sepantasnya
untuk saling membantu dalam keadaan sesulit apapun dan berjuanglah demi Negara
dan kebebasan sampai titik darah penghabisan, juga setia adalah kata kunci
untuk bisa membina sebuah keluarga dengan baik
Ø Nilai politik: jangan meragukan suara rakyat sendiri
Ø Nilai hukum: orang yang melakukan kesalahan, harus
diberikan hukuman yang setimpal .
Ø Nilai ekonomi: kemiskinan dan kekurangan sangat terasa
3. Sinopsis
Inggit
Ganarsih adalah seorang perempuan yang menjadi istri seorang patriot yaitu, Ir.
Soekarno. Beliau memiliki umur 13 tahun lebih tua dari Bung Karno. Biarpun
umurnya jauh lebih tua, Bung Karno menganggap Inggit sosok Ibu, Kekasih, dan
Kawan baginya. Kisah keduanya tercatat disetiap langkah yang mereka tempuh
berdua. Jika
Bung Karno diibaratkan nyala api, maka Inggit Ganarsih adalah kayu bakarnya.
Inggit menghapus keringat ketika Soekarno kelelahan, Inggit menghibur ketika
Soekarno kesepian atau membutuhkan dorongan darinya.
Ketabahan dan kesabaran Inggit diuji ketika
Bung Karno ditangkap dan dipenjarakan di Banceuy Bandung. Inggit tetap setia,
dan rajin mengunjunginya, membawakannya makanan, dan sebagainya. Ketika
kemiskinan dan kekurangan mendera, Inggit hanya bisa menjual bedak, manjadi
agen sabun cuci, membuat dan menjual rokok hingga menjahit pakaian dan kutang.
Itu semua demi untuk suami tercintanya.
Kegigihan Inggit mencari nafkah, membuat Bung
Karno sedih dan merasa gagal menjadi kepala keluarga yang baik. Dengan tekad
yang kuat, Bung Karno berusaha agar bisa bebas dari penjara Banceuy. Untuk itu,
beliau menyusun naskah pembelaannya dan sang istri, Inggit membantunya dengan
berani. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1930 naskah pembelaan yang disusun dengan
usaha keras Inggit dibacakan di Landraad Bandung dengan judul “Indonesia
Menggugat”
Tidak hanya itu saksi dari kesetiaan cinta
Inggit. Ketika Bug Karno dibuang Ended an Bengkulu, Inggit ikut menemani sang
suami. Sungguh sangat sayangnya beliau kepada suaminya hingga harus mengikuti
jejak perih kehidupan.
Inggit menemani sang suami di tempat
pengasingan. Saksi dari segala cintanya. Bagi Inggit, dirinya adalah tempat
teduh ketika suaminya kesepian, dan mengalami berbagai macam tekanan hidup.
Namun, selama pengasingan bukti cinta itu harus terkikis dengan keinginan Bung
Karno untuk menikahi anak angkat yang beliau asuh bersama Inggit di Bengkulu.
Dia bernama Fatmawati. Alasan Bung Karno melakukannya adalah ingin memiliki
keturunan. Bung karno tidak berniat menceraikan Inggit, dan menjadikannya
sebagai istri pertama dan Fatmawati sebagai istri kedua. Inggit dengan tegas
menolak dan mengatakan bahwa lebih baik dia bercerai daripada dia dimadu oleh
Bung Karno.
Setelah masa pembuangannya di Bengkulu, pada
tahun 1942 Inggit dan Bung Karno resmi bercerai di Jakarta. Bagi Inggit,
bahtera rumah tangganya yang dia jalani selama 20 tahun bersama Bung Karno
adalah peristiwa paling menyedihkan dalam hidupnya. Namun, cintanya yang tulus
terhadap Bung Karno tidak membuatnya sedih. Beliau terus berdoa buat Bung Karno dan mensyukuri
apa yang dialaminya.
4. Kelebihan dan Kelemahan
Ø
Kelebihan: begitu banyak sejarah Bung Karno yang belum pernah
diketahui oleh masyarakat. Kata-kata didalam buku yang memiliki makna yang
mendalam sehingga tidak bosan membacanya, disertai gambar-gambar menarik dari
sejarah Inggit Ganarsih.
Ø
Kelemahan: terdapat kata dan kalimat yang susah dimengerti oleh
pembaca, khusunya pembaca umur 6-10 tahun.
5. Kesimpulan
Ø
Cinta itu akan selalu menjadi gula dan juga garam kapanpun kejadian
terjadi. Jangan pernah menganggap cinta membawa kesengsaraan dan kesedihan,
karena tiba waktunya itu akan menjadi sebuah kekuatan yang selalu membuat
semuanya menjadi ringan.
Ø
Jadilah manusia yang pantang menyerah dalam menghadapi sebuah ujian
hidup. Semuanya akan ada makna yang menjadikan kita hidup lebih baik
kedepannya.
5 komentar:
mantul
Bu inggit sungguh sosok perempuan yang luar biasa
Bu Inggit sungguh menginspirasi perempuan2 Indonesia
Sangat terinspirasi
Kereen abisss
Posting Komentar