Kamis, 13 Juni 2013

Resensi Buku : Kuantar ke Gerbang, kisah cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno

Diposting oleh Unknown di 19.21


Resensi
1.   Identitas Buku
a.   Judul Buku: Kuantar ke Gerbang, kisah cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno
b.   Pengarang: Ramadhan K. H.
c.    Penerbit: Bentang Pustaka
d.    ISBN: 9786028811330
e.   Tahun terbit: 2011 
f.    Kota terbit: Bandung
g.   Jumlah halaman: 432  
h.   Jenis cover: Soft Cover
i.    Dimensi: 130 x 205 x 0 mm
j.    Warna sampul: Hitam dan Orange
k.   Gambar sampul: Ibu Inggit dan Bung Karno
l.    Kategori: Romance  
m.  Text Bahasa: Indonesia   

2.  Isi Buku
·         Unsur Intrinsik:
a.   Tema: perjuangan seorang istri pejuang dalam menghadapi cobaan hidupnya
b.   Tokoh
1.    Inggit Ganarsih
2.   Ir. Soekarno
3.   Fatmawati
c.    Penokohan:
1.    Inggit Ganarsih: baik, penyayang, pengertian, dan seorang perempuan yang selalu setia terhadap suaminya, merupakan istri pertama Ir. Soekarno
2.   Ir. Soekarno: tokoh dengan jiwa patriot, pemberani, patut dibanggakan perjuangannya
3.   Fatmawati: pengertian, terampil, penyayang, anak angkat Ir. Soekarno dengan Inggit Ganarsih  dan juga istri kedua Ir. Soekarno
d.   Alur: Mundur-Maju
e.   Latar:
1.    Tempat: Bandung
2.   Suasana: Bahagia, Penuh Perjuangan, Sedih.
3.   Waktu: 1920 – 1943
f.    Sudut Pandang: Orang Pertama
g.   Amanat: Seburuk apapun orang yang menjadi pasangan hidup kita, jika mencintainya dengan tulus cinta itu akan terus ada dan abadi.

·         Unsur Ekstrinsik:
a.   Riwayat Pengarang:
Ramadhan K. H. yang nama lengkapnya (lahir di Bandoeng, 16 Maret 1927 – meninggal di Cape Town, Afrika Selatan, 16 Maret 2006 pada umur 79 tahun) adalah seorang penulis biografi Indonesia. Ia meninggal setelah menderita kanker prostat selama ±3 bulan. Kang Atun, panggilan akrab Ramadan, adalah anak ketujuh dari sepuluh bersaudara. Ramadan pernah bekerja sebagai wartawan Antara selama 13 tahun. Dia tercatat sebagai mahasiswa ITB dan Akademi Dinas Luar Negeri di Jakarta, kedua-duanya tidak tamat. Dia juga pernah bertugas sebagai Redaktur Majalah Kisah, Redaktur Mingguan Siasat dan Redaktur Mingguan Siasat Baru. Semasa hidupnya Ramadhan dikenal sebagai penulis puisi yang produktif. Beliau banyak menulis puisi, cerpen, biografi, novel, menerjemahkan, serta menyunting. Karya – karya beliau antara lain: Kuantar ke Gerbang: kisah cinta kisah cinta Ibu Inggit dengan Bung Karno (1981), Bang Ali demi Jakarta (1966-1977): memoar (1992), Pergulatan tanpa henti - Adnan Buyung Nasution (dibantu dituliskan oleh Ramadan K.H. dan Nina Pane) (2004), Rojan revolusi (1971), Priangan si Djelita: kumpulan sandjak (1956), Peran historis Kosgoro (ditulis bersama dengan Sugiarta Sriwibawa) (2000), dan lainnya.

b.   Nilai yang terkandung:
Ø  Nilai sosial: sebagai sesama manusia, sudah sepantasnya untuk saling membantu dalam keadaan sesulit apapun dan berjuanglah demi Negara dan kebebasan sampai titik darah penghabisan, juga setia adalah kata kunci untuk bisa membina sebuah keluarga dengan baik
Ø  Nilai politik: jangan meragukan suara rakyat sendiri
Ø  Nilai hukum: orang yang melakukan kesalahan, harus diberikan hukuman yang setimpal .
Ø  Nilai ekonomi: kemiskinan dan kekurangan sangat terasa

3.  Sinopsis
Inggit Ganarsih adalah seorang perempuan yang menjadi istri seorang patriot yaitu, Ir. Soekarno. Beliau memiliki umur 13 tahun lebih tua dari Bung Karno. Biarpun umurnya jauh lebih tua, Bung Karno menganggap Inggit sosok Ibu, Kekasih, dan Kawan baginya. Kisah keduanya tercatat disetiap langkah yang mereka tempuh berdua. Jika Bung Karno diibaratkan nyala api, maka Inggit Ganarsih adalah kayu bakarnya. Inggit menghapus keringat ketika Soekarno kelelahan, Inggit menghibur ketika Soekarno kesepian atau membutuhkan dorongan darinya.
Ketabahan dan kesabaran Inggit diuji ketika Bung Karno ditangkap dan dipenjarakan di Banceuy Bandung. Inggit tetap setia, dan rajin mengunjunginya, membawakannya makanan, dan sebagainya. Ketika kemiskinan dan kekurangan mendera, Inggit hanya bisa menjual bedak, manjadi agen sabun cuci, membuat dan menjual rokok hingga menjahit pakaian dan kutang. Itu semua demi untuk suami tercintanya.
Kegigihan Inggit mencari nafkah, membuat Bung Karno sedih dan merasa gagal menjadi kepala keluarga yang baik. Dengan tekad yang kuat, Bung Karno berusaha agar bisa bebas dari penjara Banceuy. Untuk itu, beliau menyusun naskah pembelaannya dan sang istri, Inggit membantunya dengan berani. Lalu pada tanggal 18 Agustus 1930 naskah pembelaan yang disusun dengan usaha keras Inggit dibacakan di Landraad Bandung dengan judul “Indonesia Menggugat”
Tidak hanya itu saksi dari kesetiaan cinta Inggit. Ketika Bug Karno dibuang Ended an Bengkulu, Inggit ikut menemani sang suami. Sungguh sangat sayangnya beliau kepada suaminya hingga harus mengikuti jejak perih kehidupan.
Inggit menemani sang suami di tempat pengasingan. Saksi dari segala cintanya. Bagi Inggit, dirinya adalah tempat teduh ketika suaminya kesepian, dan mengalami berbagai macam tekanan hidup. Namun, selama pengasingan bukti cinta itu harus terkikis dengan keinginan Bung Karno untuk menikahi anak angkat yang beliau asuh bersama Inggit di Bengkulu. Dia bernama Fatmawati. Alasan Bung Karno melakukannya adalah ingin memiliki keturunan. Bung karno tidak berniat menceraikan Inggit, dan menjadikannya sebagai istri pertama dan Fatmawati sebagai istri kedua. Inggit dengan tegas menolak dan mengatakan bahwa lebih baik dia bercerai daripada dia dimadu oleh Bung Karno.
Setelah masa pembuangannya di Bengkulu, pada tahun 1942 Inggit dan Bung Karno resmi bercerai di Jakarta. Bagi Inggit, bahtera rumah tangganya yang dia jalani selama 20 tahun bersama Bung Karno adalah peristiwa paling menyedihkan dalam hidupnya. Namun, cintanya yang tulus terhadap Bung Karno tidak membuatnya sedih. Beliau  terus berdoa buat Bung Karno dan mensyukuri apa yang dialaminya.
4.  Kelebihan dan Kelemahan
Ø  Kelebihan: begitu banyak sejarah Bung Karno yang belum pernah diketahui oleh masyarakat. Kata-kata didalam buku yang memiliki makna yang mendalam sehingga tidak bosan membacanya, disertai gambar-gambar menarik dari sejarah Inggit Ganarsih.
Ø  Kelemahan: terdapat kata dan kalimat yang susah dimengerti oleh pembaca, khusunya pembaca umur 6-10 tahun.


5.  Kesimpulan
Ø  Cinta itu akan selalu menjadi gula dan juga garam kapanpun kejadian terjadi. Jangan pernah menganggap cinta membawa kesengsaraan dan kesedihan, karena tiba waktunya itu akan menjadi sebuah kekuatan yang selalu membuat semuanya menjadi ringan.
Ø  Jadilah manusia yang pantang menyerah dalam menghadapi sebuah ujian hidup. Semuanya akan ada makna yang menjadikan kita hidup lebih baik kedepannya.

5 komentar:

Unknown mengatakan...

mantul

Unknown mengatakan...

Bu inggit sungguh sosok perempuan yang luar biasa

Unknown mengatakan...

Bu Inggit sungguh menginspirasi perempuan2 Indonesia

Unknown mengatakan...

Sangat terinspirasi

Unknown mengatakan...

Kereen abisss

Posting Komentar

 

Persembahan Kana Untuk Dunia Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review